Langsung ke konten utama

[Review] Mata yang Enak Dipandang by Ahmad Tohari


Judul: Mata yang Enak Dipandang
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 216 Halaman
Terbit: Cetakan Kedua, Maret 2015

SALAH satu cerpenis yang menerbitkan buku kumcer dan karyanya diapresiasi pasar adalah Ahmad Tohari. Cerpenis yang bisa dibilang senior dan memiliki kekhasan dalam setiap karya-karyanya. Secara mencolok, Ahmad Tohari selalu menceritakan perihal ‘wong cilik’ dalam setiap cerpen-cerpennya. Salah satu kumcernya mengambil tema itu, bertajuk Mata yang Enak Dipandang.

Di dalam kumcer ini ada 15 cerpen. Cerpen pembuka menjadi judul buku. Mata yang Enak Dipandang menceritakan Mirta, pengemis tunanetra yang meminta-minta di stasiun. Konflik dalam cerpen ini terbangun saat Mitra mulai mendapat bantuan dari Tarsa, seorang pengemis juga. Tarsa bertindak membantu menuntun Mitra alias menjadi ‘mata Mirta’. Sayangnya, Tarsa berkhianat karena selalu memeras Mirta secara sembunyi-sembunyi. Terlebih Tarsa tak memercayai omongan Mirta untuk mengemis pada orang-orang yang matanya enak dipandang karena mereka cenderung baik hati, pemurah, dan simpatik.

Cerpen-cerpen lainnya satu napas dengan cerpen pembuka. Salah satunya adalah Bila Jebris Ada di Rumah Kami. Jebris adalah seorang perempuan penjaja diri. Ia sering keluar sore-sore dari kampungnya menuju terminal. Jebris sering pulang saat larut malam/menjelang pagi. Masyarakat sangat resah dengan Jebris yang berperilaku demikian. Konflik cerpen ini sesuai judulnya, mengisahkan Ratib sang ketua RT yang istrinya ragu saat Ratib memutuskan mempekerjakan Jebris di rumahnya. Padahal, istri Ratib alias Sar adalah teman masa kecil Jebris.

Berbeda halnya dengan cerpen Warung Penajem. Kisahnya menceritakan Kartawi yang resah karena warung istrinya Jum semakin laris. Dulunya mereka miskin, kini kehidupan mereka mendekati berkucukupan. Sayangnya, Kartawi yang seorang petani ragu dengan usaha istrinya, Jum. Desas-desus tetangga bergumam bahwa Jum menyerahkan penajem kepada dukun sebagai penglaris. Hal yang paling Kartawi ingin tahu adalah apakah benar Jum bahkan menyerahkan ‘dirinya’ kepada dukun sebagai penajem warung agar makin laris?

Kisah-kisah lainnya masih mengangkat kehidupan wong cilik yang bisa dikatakan secara kesuluruhan mengambil setting di Jawa. Ahmad Tohari mampu membuat setiap kisah-kisahnya bernilai dan tidak asal jadi. Yang utama adalah Tohari mampu membuat segala hal terkait ‘kesederhanaan hidup di desa’ menjadi kekhasan karyanya. Cerpen-cerpen Tohari sangat kental dengan berbagai aspek yang barangkali orang-orang zaman sekarang sangat rindukan.


Terlebih Tohari sering menyelipkan ironi pada tokoh-tokoh rekaannya yang wong cilik. Sebut saja cerpen Daruan, bercerita tentang penulis miskin, atau cerpen Rusmi Ingin Pulang yang mengisahkan Rusmi yang tidak tahu kabarnya bagaimana setelah di kota. Cerpen-cerpen lainnya pun memiliki suara yang sama, terkadang kritik sosial, namun tetap menyorot wong cilik sebagai pemeran utama yang menghidupkan plot cerita-cerita Tohari yang bernilai sangat tinggi.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)