Judul: Minoel
Penulis: Ken
Terate
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan
Pertama, Mei 2015
Tebal: 272 Halaman
Kasus Kekerasan
Dalam Pacaran (KDP) ternyata eksis tidak hanya kasus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT). Fakta ini disampaikan di lembaran akhir novel Minoel, Fakta tersebut disisipkan
besarta jumlah kasus yang ternyata di tahun 2014-2015 mencapai sekitar 14-40an.
Itu terjadi di Yogyakarta, dan tentu saja kasus yang tidak dilaporkan terjadi
lebih banyak dan mayoritas berujung pada luka-luka serius korbannya hingga terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan. Hal inilah yang disorot Minoel, sebuah novel remaja yang mengekspos tema yang unik dibanding
novel-novel remaja kebanyakan.
Minoel adalah
gadis remaja cacat. Sebab kakinya kecil sebelah. Untungnya, Minoel memiliki
bakat menyanyi yang selalu membuatnya beruntung. Awalnya sejak tamat SMP, ibu
Minoel tidak mau menyekolahkannya. Namun, karena prestasinya di bidang tarik suara
membanggakan, Minoel berhasil melanjutkan SMA. Minoel tinggal di sebuah desa di
Gunungkidul. Ia bersahabat dengan Yola dan Lilis. Ketiganya berteman dan selalu
berbagi banyak hal. Termasuk membincang seputar pacaran. Minoel merasa minder
karena ia belum pernah pacaran. Dirinya merasa bahwa tidak mungkin ada cowok
yang mencintainya.
Namun siapa
sangka ada cowok yang suka Minoel. Minoel yang cacat ternyata ditaksir Akang.
Dia cowok yang selalu menjadi biang keladi di desa sebelah. Namun, menurut
Minoel sendiri Akang itu lucu, dia juga sangat mencintai Minoel. Lilis dan Yola
saat tahu hal ini, mereka terus mewanti-wanti. Karena Yola sendiri tahu bahwa
Akang itu ‘wong edan’. Saat SMP Yola
ditaksir Akang. Namun, cowok itu seperti seorang penguntit dan selalu
marah-marah sendiri seperti orang stress. Meskipun begitu Minoel tetap cinta
Akang. Hingga hubungan mereka pun tak indah lagi. Minoel sering ditampar dan
dilecehkan.
Pembaca bisa
mengambil pesan bahwa pacaran ada kalanya berakibat hal-hal negatif. Terutama
bagi remaja. Apalagi pacaran yang selalu membuat orang-orang di dalamnya
menjadi semakin buruk. Seperti halnya yang terjadi pada Minoel. Dia mengalami
cinta buta, sampai-sampai tidak pernah menganggap peringatan dari sahabat-sahabatnya,
bahkan dari orangtuanya. Sampai ia pun mengalami pelecehan berkali-kali dan
anehnya ia malah menganggap apa yang ia dapatkan sebagai ‘pengorbanan’. Hal ini
lumrah terjadi pada remaja, kadang saat batas hubungan mereka dengan pacarnya berlebihan,
hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Jika dibiarkan, maka hal tersebut malah
menjadi semakin menyengsarakan.
Pesan lainnya
adalah bahwa remaja seharusnya menjalani kehidupan yang semestinya. Rasanya
memang terlalu naif kalau masa remaja dihabisakan hanya dengan belajar, namun
remaja juga perlu melakukan ‘pengorbanan’ dalam hal-hal positif daripada
melakukan hal tidak penting seperti Minoel dalam novel ini. Andai saja Minoel
tidak memprioritaskan pacaran, pasti dia bisa lebih mudah meraih mimpinya.
Meskipun begitu Minoel tetap karakter yang bisa menginspirasi pembaca karena
tangguh, kuat, dan pada akhirnya ia sadar akan perbuatannya.
Dengan temanya
yang berat, novel ini tetap mampu menginspirasi pembacanya. Terutama remaja,
bahwa hal terbaik yang perlu dilakukan saat masa remaja adalah berprestasi
dalam berbagai hal positif, bukan malah sibuk berpacaran & melakoni hal-hal
negatif lainnya.[]
Komentar
Posting Komentar