Langsung ke konten utama

[Review] Hujan Daun-Daun by Tsaki Daruchi, dkk

Judul: Hujan Daun-Daun
Penulis: Lidya Renny Ch., Tsaki Daruchi, & Putra Zaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan Pertama, April 2014
Tebal: 224 Halaman

HUJAN DAUN-DAUN adalah novel yang mengisahkan Tania yang selalu mendapatkan kejutan mengagetkan di setiap ulang tahunnya yang dirayakan empat tahun sekali. Tania lahir tanggal 29 Februari sehingga ia hanya merayakan ulang tahun setiap empat tahun. Tania akan menginjak umur ke dua puluh tahun. Entah kenapa jelang ulang tahunnya itu, ia selalu bermimpi menemui gadis kecil cantik berpakaian biru di bawah sebuah pohon besar yang rindang, Di mimpi itu Tania selalu tak berhasil menyapa sang gadis kecil cantik.

Tania hanya tinggal dengan kakek serta neneknya. Tania selalu mencoba menguak rahasia keluarganya yang disembunyikan kakek dan nenek. Namun, Tania selalu gagal bahkan hingga hampir menginjak dewasa pun ia tak pernah tahu bagaimana orangtuanya. Kakek dan nenek merahasiakan kisah orangtua Tania yang terlampau tragis. Mereka lebih menginginkan Tania menjalani hidup Tania ke depan bukan terus menengok ke belakang.

Tak disangkan seorang perempuan paruh baya datang ke kampus Tania saat gadis itu tengah sibuk menunggui calon kekasih. Wanita paruh baya itu mengaku sebagai istri kedua Ayah Tania. Maka, Tania mengambil kesempatan untuk mengorek segala hal dari wanita tersebut. Awalnya Tania tak percaya dengan penjelasannya. Namun, akibat sebuah bukti beruapa lukisan berjudul Hujan Daun-Daun, Tania berhasil memecahkan misteri hidupnya.

Kisah Tania sungguh pilu. Novel ini, lewat tokoh Tania mencoba mengajak pembaca untuk selalu bersyukur saat kita memiliki anggota keluarga yang lengkap. Tania di novel ini tidaklah mudah hanya untuk mengetahui siapa saja anggota keluarganya. Bahkan ia ditampar banyak kenyataan pahit yang sesungguhnya ia tak kuat ia tanggung sendiri di usia remaja.

Lewat sebuah lukisanlah cerita Tania bergulir. Tania beranggapan bahwa potret lukisan tersebut adalah wujud konkret dari mimpi yang selama ini menghantuinya. Lukisan dan mimpi itu sama-sama memaparkan gadis kecil bergaun biru yang senantiasa Tania pertanyakan. Siapa sangka ternyata gadis itu adalah saudara Tania yang selama ini terpisah bermil-mil jarakanya dari Tania. Maka, Tania berjuang untuk terkoneksi dengan saudaranya.

Dengan kisahnya yang sederhana, novel Hujan Daun-Daun mampu memikat pembacanya untuk bersikap bersahaja dalam hidup ini. Nilai keluarga sangat terasa hangat di novel ini, hal tersebut berusaha hadir untuk menghibur pembaca lewat penyampaian pesan yang tak menggurui sekali pun. Lewat kisah hidup Tania, kita akan sepatutnya sadar bahwa keluarga adalah salah satu hal yang tak ternilai harganya di dunia ini. Sekali pun keluarga disamakan dengan harta, tentu saja ia pasti memiliki harga yang tak terbatas dan tak ternilai.

Sekali lagi, novel ini merupakan novel remaja bertema keluarga yang patut dibaca, Saat membacanya, upayakan untuk terus mengingat bahwa segala hal di dunia ini memang berasal dari yang namanya keluarga. Seperti halnya Tania, pembaca bisa merasakan kehangatan jika memandang bahwa keluarga adalah hal yang tak tergantikan oleh segalanya.[]

Komentar

  1. Cerita ini ditulis oleh 3 penulis. Namun saya penasaran dengan konsep cerita yang ditulis oleh ketiga penulisnya, terutama porsi dan pembagiannya. Dan saya masih samar menangkap keunggulan novel ini dari reviewnya.

    BalasHapus
  2. Porsi pembagiannya tidak terlihat kak, kayak menyatu gitu semua tulisannya, gak kentara banget nih tulisan tiga orang hehehe ... Iya nih, aku lupa ya ampun buat nambahin keunggulan buku ini. Menurutku sih keunggulannya ya ceritanya sederhana, cocok dibaca remaja deh. Oh ya banyak teka-tekinya juga.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)