Langsung ke konten utama

[Review] Melody & Mars by Mia Arsjad


Judul: Melody & Mars 
Penulis: Mia Arsjad
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan Pertama, September 2015
Tebal: 288 Halaman

  “Hidup cuma untuk menjalankan perintah orang lain, itu sama aja nggak hidup. Hidup itu pilihan. Biarpun berat, kalau itu pilihan sendiri, kita pasti ikhlas dan sepenuh hati memperjuangkannya.” (Melody Ayu, halaman 149).

Melody & Mars adalah novel kesekian Mia Arsjad. Novel ini memiliki inti cerita mengenai dua karakter utamanya yang menghadapi masalah masing-masing dan mencoba mencari solusi satu sama lain. Mereka adalah dua karakter yang merepresentasikan sosok-sosok dewasa muda zaman ini, tentu dengan spesifikasi problematika yang sengaja dibuat rumit oleh penulisnya. Barangkali penulis ingin menyampaikan pesan seperti kutipan yang disampaikan di atas, bahwa hidup itu akan lebih baik jika memiliki pilihan sendiri, menjalani passion atas keinginan kita.

Karakter utamanya sendiri adalah Melody Ayu, dia adalah gadis yang sederhana. Penampilannya tidak neko-neko. Umurnya menginjak dua puluh tahun, baginya menjalani hidup harus serius, tugas-tugas kuliahnya harus dirampungkan tepat waktu, tugas-tugas dari ibunya juga harus diselesaikan dengan baik, karena Melody ingin segera menjadi tulang punggung keluarga, dia ingin menggantikan ibu lalu menghidupi dirinya, ibu dan adiknya Momo. Sedangkan Jericho Marshall hampir berumur dua puluh empat tahun, menjalani hidup dengan santai sekali, dia sangat easy going dan tidak terlalu memandang serius beban berat dalam hidupnya, ia sebenarnya sedang berkuliah, tetapi ia memutuskan cuti karena ada kendala dalam hidupnya. Ia juga memilih menjadi bintang iklan untuk sementara.

Keduanya dipertemukan dalam scene yang sangat kocak di dalam novel ini. Di bab satu Mars yang sedang stress entah karena apa, dia tiba-tiba melemparkan satu buah sepatunya ke pantai, lalu dia kalap sendiri karena barang tersebut masih baru. Melody yang sedang jalan-jalan sore lalu melihat Mars, cowok itu seperti orang yang layaknya hendak bunuh diri, ia tersaruk-saruk di bibir pantai dan malah akan terus pergi ke tengah pantai. Melody yang mudah panik lalu sigap turun ke pantai meskipun ia masih bersetelan lengkap. Keduanya sama-sama seperti orang gila, padahal keduanya hanya salah paham, Mars menganggap Melody cewek sarap karena menarik-narik dirinya dengan paksa, sedangkan Melody menganggap Mars akan bunuh diri karena Mars pergi ke tengah pantai saat maghrib. Novel ini lalu berlanjut dengan cerita-cerita yang lebih seru, segar, penuh humor, dan lucu. Intinya kekuatan novel ini ada di gaya penceritaan, karakterisasi, dan plotnya yang dinamis.

 Mari kita bahas satu per satu.

Kekuatan pertama dari novel ini adalah gaya penceritaanya yang komedi sekali. Mia sebagai penulis tidak ingin membuat pembacanya bosan sepanjang 288 halaman novelnya. Baik dari segi deskripsi, narasi, bahkan dialog, Mia tidak segan-segan untuk menaruh banyak kata-kata kocak, deskripsi yang absurd, serta metafora-metafora yang segar. Hal ini mungkin saja dilakukan penulis berhubung novel ini adalah untuk santapan-santapan remaja atau pembaca dewasa muda, jadi Mia berusaha menyelipkan banyak keseruan dalam tulisannya yang otomatis membuat Melody & Mars menjadi novel yang patut dibaca. Namun, Mia masih menempatkan gaya penceritaan serius dalam novel ini, ia dengan lihai menempatkan pada bagian-bagian yang dianggap sangat penting dalam cerita, bisa jadi ia melakukannya agar porsi pesan cerita yang berat dalam novel ini bisa sampai kepada pembaca. Walaupun begitu tetap saja yang mendominasi novel ini adalah unsur komedi pada gaya penceritaannya. Contoh-contohnya sebagai berikut.

“Hidup lo enggak merana apa, book? Naik mobil AC mati di tengah keganasan kota Jakarta gini?”
“Pertanyan lo gak penting, Dar!” sungut pipit emosi.
Darla mengibas-ibaskan tangannya makin heboh. “Yaelah booook! Emang panas kale, book! Udah kayak trial di neraka, tahu enggak,” gerutu Darla enggak karuan. “kalau kepanasan di dalem alat tanning mendingan deh, keluar sana jadi eksotis. Lha kalau ini sih bok, bukannya jadi cokelat eksotis, bau ketek babon iya.”
“Kaya pernah nyium ketek babon aja,” sungut Mel. (Contoh narasi dan dialog dalam Melody & Mars, percakapan antara Mel dan kedua temannya saat pergi ke tempat Mars, halaman 32-33).

Atau yang ini.

Mel mendadak sadar dan kembali ke dunia nyata. Sekarang cewek itu bagaikan Dora the Explorer—yang habis kecebur kali dan lari dikejar babi hutan—berdiri di hadapan David Beckham yang keluar salon modis dan wangi. Biarpun Mel belum pernah mencium David Beckham, tapi dia yakin nggak mungkin David Beckham bau matahari. (Contoh deskripsi adegan saat Melody menemui Mars dalam rangka memberikan kembali jaket pinjaman Mars, halaman 39).

Sedangkan kekuatan kedua dari novel ini adalah karakterisasi. Penulis bisa membawa setiap karakter di dalam novel ini menjadi tokoh-tokoh yang menyokong jalan cerita dengan baik, inti cerita menjadi berkembang dengan terstruktur karena Mia menyajikan tokoh-tokohnya dengan sifat-sifat manusia yang tidak hitam putih. Mia menggambarkan Melody yang patuh pada orangtua, selalu rajin dengan kewajibannya, dan ia adalah tipe gadis penolong yang murah hati, namun ia pun memiliki kekurangan yaitu terlalu polos, mudah canggung, terlalu mudah panik, dan sebenarnya ia selalu terburu-buru ketika menyelesaikan masalah. Sedangkan Mars adalah sosok yang easy going, baik hati, mudah bersosialisasi, supel, trendy, percaya diri, dan pemaaf. Sayangnya ia pun memiliki kekurangan yaitu telalu santai menghadapi masalah sehingga mudah menunda-nunda pekerjaan, terlalu taat pada orangtua bahkan atas pilihan-pilihan mereka yang kurang sesuai, dan di kondisi-kondisi tertentu Mars mudah terbawa emosi. Tidak hanya Melody dan Mars, karakter-karakter minor lain pun digambarkan manusiawi oleh Mia, sehingga karakter-karater dalam novel ini membumi sekali dan barangkali mudah akrab dengan pembaca sehingga tingkah laku mereka tidak terkesan mengada-ada. Logis.

Dan kekuatan terakhir dari novel ini adalah plotnya yang dinamis. Rangkaian cerita di dalam novel ini berkesinambungan namun tidak memberikan kesan pasaran ketika dibaca. Seperti di awal bahkan kita sudah disuguhi adegan kocak antara Melody dan Mars, begitupun adegan-adegan lainnya yang tercetak dalam novel bersampul cantik ini. Penulis pun berusaha menyajikan trivia atau hint di setiap akhir bab novel agar pembaca menebak-nebak cerita akan berkelanjutan seperti apa. Tak lupa untuk karakter-karakternya baik Melody maupun Mars diberikan masalah masing-masing yang pelik, seperti contohnya Melody yang terkena kasus pelecehan oleh oknum dosen bejad di kampusnya ataupun Mars dengan konflik keluarganya yang bagai benang kusut. Dengan pandainya Mia alias si penulis merangkai setiap laku tokoh untuk menyelesaikan masalah satu sama lain dengan sebelumnya membuat tiap karakternya kelimpungan sebelum menemukan solusi atas masalahnya masing-masing, alhasil plot novel jadi legit untuk dinikmati.

Mungkin yang menjadi kekurangan dari novel ini adalah di bagian menjelang akhir cerita saat salah satu anggota keluarga dari tokoh kunci yang menjadi resolusi masalah antara Mars dan Melody, entah kenapa terasa sedikit dipaksakan karena Mia telah menyebar banyak clue bahwa dia seharusnya tidak dengan mudah memecahkan masalah ini berhubung dia pun memiliki masalahnya sendiri yang sulit ditanggulangi.

Meskipun begitu, novel ini layak dibaca berhubung satu kekurangannya tidak terlalu mendominasi berbagai kelebihannya seperti yang telah disebut bahwa novel ini kuat di segi gaya penceritaan, karakterisasi, dan plot. Novel ini benar-benar harus dibaca berhubung masuk kategori bacaan ringan pembuat awet muda karena di sepanjang 288 halamannya kita akan merasakan tertawa, menangis, dan sakit perut sekaligus. Melody & Mars benar-benar novel yang bisa menjadi pelipur lara baik dalam keadaan sedih maupun bahagia.[] 

Komentar

  1. ijin co-pas untuk dimuat di Majalah Forum Dialektika ya, De..

    BalasHapus
  2. Oke pak, silakan... Makasih sudah berkunjung dan membaca review di postingan ini...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)