Langsung ke konten utama

[Review] Halo, Tifa by Ayu Welirang



Judul: Halo, Tifa
Penulis: Ayu Welirang 
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama 
Tebal: 256 Halaman 
Terbit: Cetakan Pertama, Februari 2016 
Sampul: Orkha Creative
ISBN: 978-602-03-2510-1  

“Jadi orang hebat, penting, dan signifikan itu memang melenakan, apalagi kalau tujuannya dikenang orang banyak, atau orang di seluruh dunia. Tapi, jadi orang biasa-biasa aja yang menolong orang banyak tanpa pamrih, tanpa memikirkan dapat balasan apa, itu lebih baik. Seenggaknya dengan hal itu, kamu pasti bakal berusaha lebih keras. Karena tujuan kamu ya menolong orang…” (Halo, Tifa halaman 148).  

Bagi Terra, tujuan hidupnya kini hanyalah omong kosong. Dia sudah menginjak kelas tiga di SMK Pratama Putra, bersama teman-temannya Terra sebentar lagi akan menghadapi kehidupan sesungguhnya, tetapi sejujurnya ia tidak ingin menghabiskan masa-masa SMKnya dengan biasa-biasa saja, jauh dari dalam lubuk hatinya, ia ingin sekali masa-masa SMKnya menjadi kenangan yang tak terlupakan, dan ambisi besarnya pun ingin sekali menjadi sosok yang ditakuti satu sekolah, ingin disegani, ingin dihormati, karena selama ini ia kurang perhatian dari orangtua tunggalnya, Terra menjadi siswa dan remaja urakan. 

Bersama teman-temannya yang terdiri dari Jojo, Arfian, Ahong, dan Dian, Terra menjalani masa-masa SMK yang mengagumkan, mengesankan lebih tepatnya karena di masa-masa kelas satu dan dua dia bisa ikut berperang dalam tawuran-tawuran yang kini membesarkan namanya sekaligus pamornya sesatu sekolahan SMK Pratama Putra. Sekarang dia dan teman-temannya menjadi penguasa di SMK Pratama Putra, namun akibat suatu insiden beberapa tahun silam, Terra dan teman-temannya meminimalisir untuk ikut tawuran, terutama dengan musuh bebuyutan mereka, anak-anak STM Tunas Bangsa yang digawangi Ody, Ken, Arya, Eka, dan Fikri. Terra dan kawan-kawannya kini hanya bisa menjadi tukang onar di sekolah atau sesekali bisa menjalani tawuran ketika ada tantangan. 

Dilatarbelakangi kesepian yang mendalam, sebenarnya Terra tak bisa melakukan apa-apa jika saja tidak ada teman-temannya, andai saja peraturan sekolah tidak berubah secapat ini, kini anak-anak kelas tiga dalam target yang sangat memojokkan, mereka harus lulus dengan nilai bagus, pun harus selalu hadir di sekolah, moral mereka pun akan diperhatikan. Terra masih punya sejuta cara untuk beraksi, untuk mengusir kebosanannya akan kesepiannya, temantemannya pun selalu sadar Terra memiliki dinding besar di sekitarnya. Yang tidak bisa ditembus, bahkan Terra sebenarnya selalu berusaha menutup diri. Saat ada seorang murid baru bernama Tivani Kamalia alias Tifa, seluruh kehidupan sekolah jungkir balik, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler mulai digalakkan kembali, kepengurusan OSIS mulai berjalan, dan masih banyak lagi kegiatan sekolah yang mulai bangkit dari tidurnya yang telah sekian lama. Terra bagaimanapun merasa terancam. Tifa, sebagai murid baru, perempuan pula, ia mampu mengubah segalanya dalam sekejap, cepat atau lambat dia akan menjadikan sekolah ini bukan lapangan besar tempat bermain Terra dan kawankawannya lagi. Terra harus segera bertindak, meskipun ia penasaran denga siapa sebenarnya Tifa?

“Kayaknya sih Tifa bawa harapan baru buat sekolah ini. Lo nggak takut kekuasaan lo dikalahkan sama cewe, Ter?” (Jojo di halaman 44 Halo, Tifa).  

Tifa pun punya sejuta cara untuk menaklukkan targetnya kini, seorang Terra yang keras kepala, cowok yang punya luka menganga di hatinya karena tidak disayangi siapa pun, kecuali teman-temannya barangkali. Tifa punya satu misi, tentu itu misi yang sangat menakjubkan. Ia pikir untuk mengubah moral di SMK Pratama Putra, ia harus membuat sosok berpengaruh di SMK tersebut menjadi benar terlebih dulu alias berada di lintasan hidup yang lurus tentunya. Hal pertama yang Tifa lakukan adalah menaklukkan teman-teman Terra dulu.   

“Jadi, untuk mempelajari permasalahan dan ketakutan apa saja yang terbebankan pada pundak para remaja, coba dekati teman-teman terdekatnya. Jika beruntung, mungkin mediasi dapat dilakukan langsung kepada remaja yang bermasalah itu sendiri” (Halo, Tifa halaman 96).  

Tetapi, seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat, pada saatnya ia pun akan jatuh juga, Tifa secara tidak sengaja dipergoki oleh Ahong dan Dian saat cewek itu sedang berkomunikasi intens dengan om-om, dan kejadiannya sangat mencurigakan sekali berhubung di sebuah bar. Tifa, pada akhirnya menjadi bahan guncingan satu sekolahan karena Terra langsung mengumbar kabar yang bisa memanaskan telinga siapa pun itu ke seluruh penjuru SMK Pratama Putra. 

Walau satu juta rintangan menghadang, agaknya Tifa juga sosok yang keras kepala, saking kerasnya bahkan ia seperti batu. Demi Terra, apa sih yang tidak akan dilakukannya, karena bagi Tifa segalanya akan berubah dimulai dari sini, membuat Terra menjadi lebih baik.  

“Kegilaan gue yang satu ini cuma nol koma satu persen dari kegilaan yang lain, Jo. Lagian waktu di Bekasi dulu gue udah biasa tawuran” (Tifa kepada Jojo saat mereka berdua berhasil memukul mundur geng anak STM Tunas Bangsa, halaman 66 Halo, Tifa).  

Lalu bagaimana kisah ini akan berlanjut? Siapakah sebenarnya sosok Tifa yang misterius? Bagaimana takdir akan membawa Terra ketika ia harus melancarkan tawuran kembali saat salah satu temannya hampir meninggal karena dikeroyok anak-anak STM Tunas Bangsa? Lalu apa hubungan memanasnya kedua sekolah itu dengan kehadiran sosok-sosok masa lalu yang terdiri dari seorang narapidana yang telah bebas dari penjara dan seorang alumni yang mencoba mengadu domba SMK Pratama Putra dan STM Tunas Bangsa? 

Membaca Halo, Tifa karya Ayu Welirang ini kita akan merasakan perasaan yang bercampur aduk. Perasaan kesal, perasaan sedih, perasaan gemas, prihatin bahkan merasakan ketegangan yang tidak ada habis-habisnya. Novel bersampul biru ini akan memaparkan pada kita sebuah realita yang sangat akrab terjadi di lingkungan sekitar, tawuran. Ayu sebagai penulis mencoba mengangkat tawuran dan pelaku-pelaku di dalamnya sebagai tema cerita, sebuah tema yang menarik ditambah premisnya mengenai sosok misterius yang coba ikut campur membangun kembali sekolah yang amburadul. Novel ini sukses dari segi tema yang diangkat, karena sangat dekat sekali dengan kehidupan remaja. 

Pun karakter dan karakterisasinya. Masing-masing karakter punya porsi yang tidak sia-sia karena mereka tepat sekali ditaruh di adegan-adegan yang memengaruhi cerita. Yang paling menonjol tentu saja Terra, meskipun novel ini berjudul Halo, Tifa namun karakter utamanya tetaplah Terra yang mencoba sadar lewat kehadiran tokoh Tifa yang tentu saja tindak-tanduknya mencengangkan dan berkali-kali mengagetkan Terra dan kawan-kawannya yang selama ini sok kuat dan sok menjadi penguasa paling mematikan di sekolahnya. 

Novel ini mengajarkan makna menjalani kehidupan yang harus memiliki arti, pun mengenai pencarian jati diri, terutama lewat tokoh Terra, kita bisa memotret pesan sesungguhnya bahwa kehidupan itu adalah saat kita tahu apa yang kita lakukan dan apakah itu berarti atau tidak bagi diri sendiri, terlebih bagi orang lain. Karena makna hidup sesungguhnya adalah saat kehidupan itu sendiri bermanfaat dan bermakna bagi banyak orang-orang yang sangat kita sayangi.[]  

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)