Langsung ke konten utama

Sebelas


Judul: Sebelas
Pengarang: Dya Ragil
Penerbit: Ice Cube
Terbit: Mei, 2015
Tebal: 277 halaman
Penyunting: Rina Fatiha
Sinopsis
 “Boleh berapa pertanyaan?”

“Satu.”

Aku mencibir. “Pelit.”


“Pelit gimana? Aturan main kita kan dari dulu begitu.”

Aku bersedekap dan menatapnya lekat. “Simpel kok, kenapa Mas Bara berhenti main bola?”



Kembali ke Jogja, Rania tak habis pikir mengapa Mas Bara berhenti main bola. Penasaran dengan keputusan Mas Bara, Rania tergerak untuk mengorek informasi dari teman-teman terdekat Mas Bara. Penyelidikan Rania ternyata berujung pada perkenalannya dengan dua senior yang paling berpengaruh di ekskul sepakbola: Mas Danang yang berlagak sebagai pelatih dan Mas Bayu, kapten tim ekskul yang begitu membenci Rania dan Mas Bara. Ternyata mencari tahu alasan Mas Bara berhenti main memang tidak semudah membalikkan telapak tangan—sama dengan tidak mudahnya menjadi pesepak bola perempuan. 



Review
Rania Putri Utami adalah tokoh utama di dalam buku ini. Dia adalah si sebelas, cewek yang selalu percaya bahwa pemain bernomor punggung sebelas adalah pembawa harapan dalam sebuah kesebelasan sepak bola. Dia memiliki kakak laki-laki bernama Bara, dan si Bara inilah yang seakan-akan menjadi konflik utama di buku Sebelas. Kenapa? Karena hampir sepanjang cerita Sebelas penyelesaian konflik intern Bara coba diselesaikan Rania. Tetapi, ketika saya mendarat di hampir tiga perempat buku, saya sadar buku ini bakal menciptakan ledakannya.

Saya mencoba menggali beberapa keunikan di buku ini. Menurut saya kelebihannya adalah sebagai berikut: amanat, pengetahuan seputar sepak bola dan sejarahnya, dan tentu saja mengenai klimaksnya. Sekali lagi, meskipun buku ini mengangkat tema sport, sebenarnya saya kurang merasakan feel sepak bolanya, ini hanya pendapat pribadi saya saja sih karena selama ini selalu dicekoki novel-novel berbau olahraga ‘Michael Jordan’, tetapi jangan terlalu khawatir, karena Sebelas punya kelebihan lain yaitu penuturan penulisnya yang tidak terlalu berlebihan.

Kelebihan pertama adalah mengenai amanat yang coba disalurkan Sebelas kepada pembaca. Konflik seputar Bara awalnya membuat saya tercenung, lah kenapa tokoh utamanya malah sibuk dengan hal ini? Tetapi, sungguh saya terkecoh karena hal itulah yang akan mengantarkan Rania pada kepentingan-kepentingan tokoh lain yang faktanya bertabrakan dan mencipatakan berbagai huru-hara di dalam buku ini. Sebut saya subkonflik keinginan Bayu si kapten tim yang sejak awal tidak menyuakai Bara, apalagi Rania sebagai adiknya. Juga Danang si sosok yang lebih memilih berkonsentrasi menjadi pelatih ketimbang atlet. Ada juga konflik orangtua Rania, si ayahnya yang dulunya seorang pesepak bola terkenal namun membuat kesalahan, juga ibunya Rania yang hidup dengan Bara, dia tidak pernah dekat dengan Rania. Karena amanatnya sendiri menurut saya bagus, seakan mengajak kita untuk bangkit dari keterpurukan dan mengajak kita untuk peduli terhadap keluarga.

Kelebihan kedua adalah seputar pengatahuan sepak bolanya. Saya mengeryit karena saya baru tahu bahwa buku ini memuat juga sejarah sepak bola lokal, betapa tadinya ada sepak bola untuk wanita yang dipandang sebelah mata oleh PSSI, entah tahun berapa saya tidak terlalu mengingat informasi tersebut. Juga mengenai lisensi pelatih sepak bola di Indonesia yang tahap belajarnya satu tahun, dan perlu pengabdian dua tahun di klub, intinya perlu tiga tahun untuk naik ke tiga tingkat lapisan. Mengenai pengetahuan sepak bola internasional, benar-benar membuat pengetahuan saya bertambah karena wajar saja saya tak suka ‘sepak bola’, tetapi bukan berarti saya berhenti baca novel ini karena penulis Sebelas mengemas plotnya dengan menjadikannya cerita yang renyah untuk dinikmati.

Ketiga mengenai klimaksnya. Buku ini saya kira akan berputar-putar terus ke konflik Bara, ternyata Rania pun diseret ke plot yang sebelumnya saya duga tidak bakal ada. Intinya karena konflik itulah saya bisa dengan lega saat harus menutup buku ini di halaman terakhirnya. Kalau saja penulis menajamkan misteri 'itu' di awal, pasti buku ini akan terasa seru. Juga kalau saja perjuangan Rania sebagai pesepak bola wanita dikulik dan dijadikan konflik utama cerita, pasti buku ini bakal lebih ciamik. Overall, buku ini tetap menurut saya adalah salah satu YARN yang recommended karena konfliknya bisa diselesaikan dengan baik. Semoga di buku selanjutnya Mbak Dya Ragil meracik cerita yang lebih bagus. I am waiting for the next book of Dya![]

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)