Langsung ke konten utama

Nggak Usah Kebanyakan Teori Deh …!


Penulis: Monica Anggen                         
Penerbit: Grasindo                          
Terbit: 2015
Tebal: 150 halaman                               
Editor: Mira R.
Pembuat Sampul: Langit A.


     Buku motivasi biasanya berhalaman tebal dan minim ilustrasi. Konten yang biasanya dijadikan keunggulan banyak buku motivasi, tentu saja fokusnya adalah isi penutur motivator alias penulis buku itu. Terlebih jika ditulis oleh orang terkenal, jangan mengharapkan halaman yang praktis dan gambar-gambar eye-catching dalam buku tersebut. Sedangkan buku terbitan Grasindo berjudul ‘Nggak Usah Kebanyakan Teori Deh …!’ berusaha menampilkan sesuatu yang berbeda. Buku yang masuk kategori Pengembangan Diri ini mengangkat tema kreativitas, lebih jauh lagi buku ini berisi lima puluh cara menjadi pribadi yang penuh kreativitas. Menurut saya buku ini memiliki tiga keunggulan; gaya penulisannya yang komunikatif, tampilan isi bukunya yang tidak membosankan, dan tentu saja tips-tipsnya sendiri yang lebih menekankan kepada praktik—sekaligus kita sebagai pembaca buku benar-benar diberikan kebebasan luwes.

    Keunggulan pertama adalah gaya penulisannya yang komunikatif, Mbak Monica Anggen sebagai penulis menulis setiap kalimat di dalam buku ini berdasarkan pengalamannya di dunia yang menuntut kreativitas tinggi; dunia penerbitan dan penulisan buku. Tentu akan sangat monoton jika Mbak Monica membahas hal-hal itu saja, maka dia menyelipkan di setiap babnya fakta-fakta dari tokoh sukses, bahkan agar lebih meyakinkan, pun ia sajikan fakta-fakta penilitian atau berita hangat di setiap babnya. Contohnya pada bab #21 tentang Sumber Ide Bukan Dari Barang Elektronik, fakta mengenai Waldorf School of Peninsula yang memiliki konsep bermain sungguh adalah hal yang baru saya ketahui, di sana ternyata anak-anak dari pejabat-pejabat perusahaan teknologi raksasa di USA menyekolahkan generasi-generasi mudanya. Cara bertutur selain membeberkan fakta hangat dengan persuasif, juga Mbak Monica berusaha memasang part-part tertentu yang memungkinkan pembacanya ikut serta ‘berceloteh’ di buku ini, salah satunya di bab #2 mengenai ide=kreativitas, pembaca diinstruksikan mengkreasikan ide berdasarkan gambar-gambar. Atau di bab #32, kita mendapatkan tugas menyusun ide terbalik.

    Lalu, keunggulan keduanya adalah tampilan isi bukunya yang tidak membosankan. Layouter buku ini yang sekaligus designer isi, Mbak Langit A. sangat piawai mengkombinasikan gambar-gambar deskripsi penyokong isi buku. Bisa dilihat sepanjang buku, akan ada ilustrasi minimal setiap jeda dua bab. Yang saya temukan biasanya adalah gambar-gambar yang terdapat di bab listing; mengenai serangkaian daftar tips. Seperti contohnya di bab #5 mengenai 20 cara berpikir kreatif, bab #17 juga berisi gambar-gambar colorful mengenai ide yang tersebar, dan bab #26 mengenai 30 cara berpikir ala seniman. Pembaca akan terpancing  terus membuka halaman di buku ini karena memang penyajian tampilannya yang tidak memaksa pembaca untuk boring.

    Dan keunggulan paling pamungkas adalah tentu saja tips-tipsnya sendiri yang lebih menekankan kepada praktik. Buku kreativitas memang seharusnya berisi konten layaknya buku ini yang memberikan pengertian kebebasan kepada pembacanya. Karena bagaimanapun seperti kata penulis lain bahwa ‘hukum kreativitas itu tidak berdasarkan pada perintah dan larangan’ (Ayu Utami). Maka buku ini menjadi solusi telak bagi siapa saja yang haus akan membaca buku yang penuh dengan rayuan maut tanpa menggurui. Saya sebagai pembaca berharap setelah membaca buku ini saya akan menjadi kreatif, dan saya tentu saja akan mem-folllow petunjuk-petunjuk yang tersebar di buku ini.

    Meskipun buku ini tidak ada daftar isinya, hal itu tidak menjadi kekurangan menyeluruh buku ini, karena bisa dibilang dengan keunikannya saja buku ini berhasil menarik diri saya yang jarang baca nonfiksi. Overall, ditunggu ya Mbak Monica buku nonfiksi antimainstreamnya yang lain. Hehehe ….
  
  “Kreativitas itu tidak butuh banyak teori. Bebaskan saja imajinasi. Lalu berkaryalah!” (Monica Anggen)[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)