Judul:
All I (N)ever Wanted
Penulis:
Maida Ivana
Penerbit:
Ice Cube
Terbit:
April, 2015 (Cetakan Pertama)
Penyunting:
Katrine Gabby Kusuma
Perancang
Sampul: Deborah Amadis Mawa
Tebal:
280 halaman
Sinopsis
“Di ruang Kepala Sekolah,” mata besar Sandy berbinar-binar.
Dia memberi jeda untuk membuat efek dramatis. “Ada anak baru yang lagi ngamuk!”
“Hah?” Aku menarik Sandy mendekat ke arahku. Ini gosip kelas
atas!
“Iya, beneran. Waktu aku lewat ruang Kepala Sekolah, suaranya
kedengeran jelas! Dan tahu, nggak, sih? Kata bapak di ruang administrasi, anak
baru itu pindahan dari SMA Saint Francis!”
Sebentar. Anak baru pindahan dari Saint Francis yang berani
berteriak-teriak pada orang yang lebih tua? Sepertinya, di dunia ini hanya ada
satu jenis orang yang seperti itu....
Tidak
naik kelas, tinggal di asrama yang seperti penjara, terlibat cinta segitiga,
dan harus bersaing dengan sahabatnya di lomba tari. Trix pikir hidupnya tidak
bisa lebih rumit lagi dari ini. Namun kedatangan Jo, sepupunya, membuat hidup
Trix jadi lebih kacau berpuluh kali lipat. Trix pontang-panting membantu
orangtua Jo untuk mengawasi cewek itu agar tidak membuat masalah dan berbaikan
dengan ibu tirinya. Yang Trix inginkan hanyalah menjalani masa SMA dengan
tenang dan membuat hidupnya lebih berharga. Tapi ketika Trix mulai mengambil
langkah, keinginan sederhananya malah berubah menjadi mimpi buruk yang
membuatnya kehilangan banyak hal.
Review
Buku ini dibuka dengan keteledoran Trix
si tokoh utama. Tanpa tedeng aling-aling Bu Rara sang guru Fisikanya memberikan
hasil ulangan Fisika Trix yang nilainya tentu saja mengejutkan gadis itu. Dua
Puluh Lima! Trix tercengang, namun aksi selanjutnya ia malah sembunyi-sembunyi
membaca majalah CosmoGirl di dalam kelas. Dan bisa ditebak apa yang akan
dilakukan Bu Rara ketika Trix si murid tak naik kelas yang baru saja
mendapatkan nilai menyedihkan malah ongkang-ongkang kaki di kelasnya. Masih di
bab pertama, perpidahan plot berlanjut ke clue
yang sesuai blurb buku ini,
kedatangan siswa baru dari Saint Francis yang mengharuskan Trix datang ke suatu
ruangan untuk menemui siswa tersebut. Apa yang harus Trix lakukan ketika ia
harus sekamar dan satu kelas dengan Joanna Adhinata? Sepupunya yang bawel dan
rumit itu siap membuat hari-hari Trix di SMA sekaligus asrama putri Fiore
semakin kacau balau tak terhingga.
Membaca sekaligus dua puluh tiga bab
buku ini dalam waktu tiga jam membuat saya menyesal ketika harus sampai di bab
terakhir, sebenarnya bukan bab terakhir tetapi part tertentu berisi artikel Joanna mengenai Trix yang telah
menemani hari-harinya di Fiore. Kenapa cepat sekali rasanya? Tiba-tiba sudah di
bab akhir. Saking serunya. Masalah-masalah di dalam buku jujur saja sangat
banyak. Dan kalau boleh diuraikan satu per satu, berikut uraian masalahnya:
Trix yang berusaha bangkit dari keterpurukannya tinggal kelas, Trix yang
berusaha membuat Joanna betah tinggal di Fiore, Joanna yang bermasalah dengan
ayahnya karena tak kunjung menerima kehadiran ibu tirinya, masalah Trix dengan
Ramona yang ternyata menjadi petaka besar, belum lagi masalah hati Trix dengan
Bastian, juga tentang keseharian Trix yang menurut saya akhhh … membumi sekali.
Seorang gadis yang terus melabeli dirinya bodoh lalu mencari pelampiasan dengan
aktif di berbagai organisasi sekolah yang ia sadari di sanalah dunia sesungguhnya
dirinya.
Trix adalah gadis yang kompleks, maksud
saya memang dia memiliki kepribadian yang hangat. Ia ramah, tak segan bergaul
dengan siapa saja, dan sayangnya dia tak kunjung menyadari cara agar
menyelesaikan permasalahan terbesar yang datang dari dirinya sendiri. Bisa
dibayangkan kalau tidak ada tokoh Joanna dan Ramona di buku ini, Trix pasti
akan menjadi Trix yang selamanya pendek akal dan kurang bisa memanajemen diri
sendiri. Kehadiran tokoh-tokoh lain bisa ikut menggerakan arah cerita meskipun
porsinya timbul tenggelam di sepanjang buku ini. Sebut saja Tante Ellie si ibu
tiri Joanna, Om Thomas si ayah Joanna, Ibu Trisa si Mama Trix sekaligus guru di
Fiore, Ibu Martha si kepala sekolah sekaligus Mama Ramona, Bastian si gebetan
Trix, dan dua lagi adalah teman sekamar Trix yaitu Tika si jenius tetapi
pendiam dan Sandy si biang gosip.
Amanatnya menurut saya mengena sekali
mengenai betapa pentingnya kita mengenali diri sendiri, jangan pernah melabeli
diri sendiri dengan sesuatu yang negatif, kepercayaan dalam persahabatan yang
nilainya tak terkira, dan tentu saja tentang menerima hal-hal baru. Buku ini
berhasil membuat jantung saya berdebar-debar setiap kali Trix mencoba
menyelesaikan masalah orang lain, saya selalu wanti-wanti ‘berhasil’ atau ‘gagal’ atau ‘malah makin rusuh’?
Meskipun sekolah Fiore dan keadaan asrama putrinya kurang diekplorasi lebih
oleh penulisnya, tetapi penulis berhasil menguatkan sisi karakterisasi tokoh
yang masing-masing sangat kuat, seperti Trix sendiri yang punya empati tinggi
meski ceroboh, Joanna alias Jo yang keras kepala, dan Ramona yang sebenarnya
licik. Segala komponennya malah membuat buku ini tampil sebagai buku sederhana
yang ‘lho kok bisa gue banget’. Saya pikir buku ini akan berisi masalah-masalah
serius yang benar-benar superberat seperti YARN-YARN sebelumnya yang mengangkat
Hikikomori, Klepto, dan lain sebagainya. Ternyata All I (N)ever Wanted
memberikan kerenyahan dalam kesederhanaannya tersendiri sebagai salah satu
genre Young Adult Realistic.
Saya mengacungi jempol untuk problematika alias konflik yang diangkat di dalam buku ber-cover pink ini. Selain itu saya juga salut atas penulisannya yang mengalir tetapi tidak terkesan terburu-buru. Intinya buku ini berhasil memenuhi ekspektasi saya mengenai penilaian orang-orang terhadap buku ini, bahwa ceritanya memang tidak neko-neko tetapi seru dan banyak muatan positifnya. Bagi siapa saja yang merasa dirinya kacau dan tidak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan dari diri sendiri, coba deh baca buku ini! Biar kalian sadar hanya ada satu cara mengubah diri sendiri: yaitu menyadari kekurangan dan berusaha keras mengubahnya meski perlu perjuangan berdarah-darah.[]
Komentar
Posting Komentar